Jumat, 15 November 2013

Pembelajaran Konsumen

   

A.   Pengertian Pembelajaran
            Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.
B.    Teori Pembelajaran
1.      TEORI BELAJAR HUMANISTIK

            Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan    utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.
2.      TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
            Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.      TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
Teori Perilaku (Bandura)
            Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
             4.  TEORI BELAJAR KOGNITIF
AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA
            Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi

C.     Ilustrasi Teori Pembelajaran
·         Ilustrasi dari classical conditioning(membiasakan)
-          Pavlov àeksperimen terhadap anjing
-          Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus

·         Ilustrasi dari instrumental conditioning(belajar dari kesalahan)
-          Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)
·         Ilustrasi dari cognitive learning
-          konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
-          Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk  yang  mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.
·         Ilustrasi pembelajaran pasif
-          penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan  (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
-          Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen.

D.    Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran

             Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.

E.     Loyalitas Konsumen

            Loyalitas konsumen merupakan suatu  komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang, disamping pengaruh situasi dan usaha pemasar  dalam merubah perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia  untuk melakukan pembelian ulang secara terus-menerus(Oliver dalam Taylor, Celuch, dan Goodwin, 1999:218)
Menurut Sutisna (2001: 41) Loyalitas konsumen dapat  dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty).
Tjiptono (2002:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu :
                   1.     Pembelian ulang
2.    Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut
3.    Selalu menyukai merek tersebut
4.    Tetap memilih merek tersebut
5.    Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik
6.    Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

F.     Pembelajaran Vicarious

             Pembelajaran Vicarious (Pencontohan) menyangkut pembelajaran melalui observasi, yang memadukan aspek – aspek dari teori pembelajaran kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu proses yang berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar