Selasa, 03 Juni 2014

Resensi Novel "Dia, Tanpa Aku"

                                                         "Dia, Tanpa Aku"

 

Judul buku                    : Dia, Tanpa Aku 
Nama pengarang          : Esti Kinasih 
Tanggal penerbit          : Januari - 2011 
Nama penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama  
Tebal buku                   : 2 cm
Jumlah halaman           : 280 halaman
Harga                           : Rp 38.000,- ( tiga puluh delapan ribu rupiah)  

 

Kepengarangan

Latar Belakang Pengarang
        
          Esti Kinasih Lahir di Jakarta, 9 September 1971, sulung dari tiga bersaudara. Cewek Virgo ini punya hobi nulis, traveling, naik gunung, ngoleksi T-shirt bergambar Jeep, dan ngoleksi prangko.
          Dia, Tanpa aku adalah novel keempat Esti, setelah Fairish (2004) yang menjadi novel teenlit yang paling banyak dibaca dan oplahnya menembus angka 100.000 kopi, CEWEK!!! (2005) yang juga laris manis, dan STILL... (2006) yang merupakan sekuel CEWEK!!!.
          Cewek yang punya prinsip hidup easy going ini tetap terobsesi mendaki puncak Himalaya.



Sinopsis:            
   
Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia mau menunggu Citra masuk SMA, maka dari itu sepulang sekolah  Ia selalu mengajak sahabatnya, Andika ke sekolah Citra untuk mengamati Citra dari kejauhan. Segala informasi-informasi seputar Citra seperti hobi, cita-cita dan bahkan foto tersimpan di buku catatannya. Keisengan Citra lah yang mempertemukannya dengan Ronald, tapi hanya sebatas pertemuan dan Citra tidak sempat tau nama Ronald.
            Waktunya menyambut Citra di SMA untuk mengungkapkan isi hatinya telah di persiapkannya dengan menabung uang untuk membeli baju dan sepatu khusus yang akan di persembahkannya untuk Citra, bahkan Ia rela membawa lontong dan bakwan udang ke sekolah untuk di jual kepada teman-temannya.
            Saat yang di tunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya tiba. Citra masuk SMA. Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk ke SMA yang sama dengan adiknya, Reinald dan sekelas pula. Ronald memutuskan untuk menemui Citra alasannya karena Ia takut keburu direbut orang. Namun keinginan dan harapan Ronald untuk menemui Citra tidak terwujud.  Di temani Andika, Ronald pergi ke rumah Citra. Tepat di depan gang rumah Citra, Andika menyerahkan buket bunga yang masih mekar. Usai itu Ronald berbalik dan semuanya seakan menjadi hitam, kelam dan tenggelam. Ronald tewas ketika mobil sedan dengan kecapatan maksimum datang dari arah yang tak di duga. Yang tersisa hanya sekuncup bunga mawar putih yang di berikan Reinald kepada Citra keesokan harinya dirumah duka. 
            Sejak kematian Ronald, Reinald sangat terpukul. Sempat timbul kebencian di hati Reinald pada Citra. Reinald selalu menganggap kalau Citra lah yang membunuh abangnya. Kebencian Reinald mulai membara ketika Citra berdiri di hadapannya, tetapi sebelum Citra berbicara. Ia mengajak Citra untuk datang kerumahnya. Di rumah, Reinald mengingatkan Citra kembali pada Ronald dengan menyerahkan foto Ronald, karena sebelumnya Ronald pernah menolong Citra karena keisengannya. Namun Citra sedikit pun tidak mengingat wajah itu.
Keesokan harinya, Reinald menyuruh Roni pindah tempat duduk bersama Loni dan Reinald sendiri duduk dengan Citra. Hari demi hari di lewati Citra di temani Reinald. Tidak pernah sedikit pun Citra lepas dari pengetahuaanya. Kadang-kadang Citra bosan dan ingin memberontak, tetapi Reinald tak merespon itu. Suatu hari Citra lupa membawa buku cetak Pendidikan Kewarganegaraan. Citra langsung panik.  Namun kepanikan itu mereda ketika Reinald menyodorkan buku cetaknya pada Citra. Alhasil, saat jam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Reinald dihukum keluar kelas karena tidak membawa buku cetak.
        Hari-hari dihadapi Citra dengan senyuman di temani Reinald. Kini Ia tidak takut keisengannya membuat Ia sial. Karena ada Reinald yang selalu berada di sampingnya. Namun bayang-bayang Ronald terus mendatangi Reinald. Akhirnya Ia memutuskan agar tidak dekat pada Citra. Mulai dari berangkat sekolah, ke kantin, duduk dan aktivitas lain yang biasa mereka lakukan bersama kini tidak lagi berjalan dengan kebersamaan. Reinald selalu mencari alasan agar Ia tidak dekat dengan citra. Hingga Citra merasa bingung dan kesepian. Kesendirian itu tidak berlansung lama saat Reinald menyadari bahwa bukan Citra penyebab kematian abangnya. Setelah beberapa hari mereka menjalin hubungan,hari-hari Reinald kini penuh dengan ketakutan dan kekalutan yang sangat pekat.Karena ia di bayang-bayangi sosok kakaknya,yang seolah tak rela dirinya bersama Citra.Saat itu pula Reinald mencoba untuk menghindar dan merelakan Citra di jaga kakak tercintanya.Ya,Reinald menyebutnya “Ronald telah kembali”. Kejadian aneh yang menimpa Reinald dan Andika,sahabat Ronald sejak SMP berulang-ulang.Sehingga membuat mereka berdua tercengang.Salah satunya seperti peristiwa yang di alami Andika dan Reinald di sekolah Reinald.Kejadian itu sama persis seperti kejadian yang di alami Andika dan Ronald dulu.Tetapi hanya beda sedikit.Hanya kali ini dia bersama Reinald,bukan Ronald lagi.Sungguh kejadian tersebut seperti “déjà vu”Dan ada kejadian satu lagi. Hingga pada suatu saat, Reinald mengajak Citra ke rumahnya untuk belajar bahasa inggris karena ada ulangan. Ternyata bukan Cuma mereka berdua di rumah melainkan ada Andika juga.
         Sebelum belajar,  Citra menyuruh Reinald menyetel radio. Dengan malas Reinald meminjam radio ke kamar Bi Minah, pembantunya. Reinald mulai memutar-mutar turning. Tiba-tiba gerakan tangannya berhenti. Samar-samar di dengarnya lagu Gleen-Dewi yaitu lagu kesukaan abangnya.  Kejadian di radio kecil milik Bi Minah,pembantu Reinald.Di radio tersebut ada seseorang tamu yang ingin menceritakan kisah hidupnya.Ia mengaku sebagai Tom.Tetapi Reinald dan Andika tak percaya.Semua yag di ceritakan Tom sama persis seperti apa yang di alami oleh Ronald.Dan mereka yakin itu suara Ronald.Ronald juga sempat berbicara dengan Citra,Reinald,dan Andika.Ronald hanya berpesan pada Andika dan Reinald untuk selalu menjaga Citra.Dan saat itu Reinald dan Andika tidak bisa mengatakan sesuatu apapun.Mereka hanya tercengang melihat kejadian yang berlalu begitu saja.
         Ketika lagu itu berakhir, suara sang penyiar cewek langsung membuka pembicaraan. Ia memberi tahu bahwa ada tamu di studionya yang di undang atas permintaan pendengar. Suara itu seperti tidak asing di telinga Reinald. Suara itu persis dengan suara almarhum abangnya. Sang tamu itu mulai menceritakan kisah cinta pertamanya yang tidak pernah terwujud dan juga bercerita tentang adik lelakinya. Ia memiliki gebetan bernama Devi bukan Citra.
         Sesaat setelah cerita itu berakhir, Samar-samar terdengar lagu yang sama ketika di awal perjumpaan tadi disusul dengan suara sang penyiar yang mengatakan siapapun yang ingin berinteraksi langsung dengan sang tamu, ada satu nomor telepon yang bisa dihubungi.
         Di deringan pertama, sang tamu langsung menjawab Citra. Mereka berbicara sangat akrab. Ketegangan Reinald bertambah saat Citra memberi hp nya pada Reinald dari perintah sang tamu. Di telepon sang tamu berpesan agar selalu menjaga Citra dan sang tamu juga bilang bahwa Ia sayang dengn Reinald. Kata-kata itu jelas berarti bahwa tamu itu adalah Ronald, almarhum abangnya. Dan saat itu pula Reinald berjanji,akan selalu menjaga Citra. Demi kakak tercintanya.
 Keesokannya Reinald mengajak Citra ke makam abangnya. Reinald menjelaskan semuanya kepada citra. Tapi Citra hanya bisa diam membungkam. Mereka hanya bisa menyampaikan doa bagi seseorang yang kini dipeluk bumi dan tidur dalam diam.

 
Kelebihan Buku


        Kisah romantis sedih yang ditawarkan Esti Kinasih sangat menarik. Apalagi novel ini termasuk Teenlit yang ringan namun memiliki cerita yang worth-it. Setelah membaca sinopsis nya mungkin sebagian orang berpikir ini novel "horror". Namun cerita ini adalah cerita romantis nan sedih. Yang membuat horror adalah ketika Hantu Ronald yang muncul.
        Tokoh-tokoh yang ada dicerita ini memiliki karakter yang kuat, lucu dan konyol. Sehingga tidak hanya  membuat pembaca sedih dan galau namun juga membuat para pembaca senyum-senyum melihat tingkah laku parah tokoh yang lucu.  
        Novel ini membuat kita mengikuti alur yang dibuat Esti Kinasih. Ketika Sedih, kita seperti merasakan apa yang dirasakan Tokoh.   Walaupun kesannya novel ini "kacangan" dan banyak dipasaran, Esti Kinasih berhasil menciptakan suasana kehidupan sehari-hari remaja.
      
 Kelemahan Buku

       Sayangnya ending novel ini tidak klimaks. Pembaca tidak tahu, apakah nanti Reinald akan bersama Citra dan bahagia selamanya atau tidak. Sebaiknya penulis membuat akhir cerita pada novel ini lebih jelas sehingga endingnya klimaks. Over-all, Novel ini worth it untuk dibaca. Tidak seperti "novel teenlit kacangan" yang lain. Dan kehadiran Ronald setelah meninggal tidak begitu jelas, dan tidak masuk akal. 

Kritik dan Saran

Cerita ini menurut saya menarik, tetapi penulis seharusnya membuat ending cerita yang lebih bagus dan menarik supaya pembaca tidak merasa penasaran.

Kesimpulan

Novel ini sangat menarik untuk dibaca oleh para remaja yang sedang mengalami percintaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar